Segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan tidak terlepas dari pembahasan pengembangan potensi yang di miliki manusia. Oleh karena itulah pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan potensi manusia yang mengarah pada ranah kognitif, afektik serta psikomotorik.
Sehubungan dengan pentingnya peran
pendidikan, penulis ingin membahas arti atau pengertian dari pendidikan. Ada
beberapa pendapat tentang arti atau maksud dari pendidikan yang di kemukakan
beberapa ahli di bidang pendidikan. Menurut beberapa ahli tersebut ialah :
Menurut Ki Hajar Dewantara (1977: 20) yang di
namakan pendidikan yaitu tuntunan
dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntut
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.
Menurut Jhon Dewey dalam bukunya Democracy And Education (1950: 89-90) pendidikan adalah rekonstruksi atau organisasi pengalaman yang menambah pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
Menurut Jhon Dewey dalam bukunya Democracy And Education (1950: 89-90) pendidikan adalah rekonstruksi atau organisasi pengalaman yang menambah pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas maka
dapat di simpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya pengembangan secara
optimal segala potensi yang di miliki manusia dalam proses sepanjang hayat dalam
rangka memanusiakan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Begitu juga dalam pendidikan agama islam. Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang seluruh komponennya didasarkan pada ajaran Islam. Seperti,
visi, misi, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan,
lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam.
Itulah yang disebut pendidikan Islam atau “Pendidikan yang islami”. ( Nata,
2010 : 36 )
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas,
maka di ketahui bahwa setiap pendidikan memiliki tujuan yang harus di capai
begitu pula pendidikan agama islam. Untuk mengetahui sejauh mana sebuah
pendidikan mencapai tujuannya Dapat
dilihat dari prestasi belajar siswa yang berada dalam lembaga pendidikan. Dalam
upaya menciptakan prestasi belajar tidaklah mudah, sebab prestasi belajar
sendiri di pengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal siswa. Salah
satunya ialah pergaualan siswa terhadap teman sebayannya.
Terkait
dengan sebuah mahfuzot yang sangat populer “akhlak itu menular”, jika
berteman/bergaul dengan tukang minyak wangi maka akan tertular harum minyak
wangi. Seperti halnya bagi seorang siswa yang telah memasuki sekolah, teman sebaya sangatlah berperan penting dalam perkembangannya. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan
dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian
yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk
diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota
kelompok mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja
cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Mulai dari sini seorang siswa belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa teman sebaya
memiliki pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan hubungan sosial remaja.
Hal
ini juga berkatiatan dengan tri pusat pendidikan yakni, lingkungan keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Apabila dalam tiga lingkungan pendidikan tersebut
kurang mendukung maka tidak jarang siswa melakukan penyimpangan. Bagi siswa
yang kurang selektif dalam memilih pertemanan maka ia akan mudah sekali
terpengaruhi oleh sifat dan prilaku kelompoknya. Oleh karena itu, pergaulan teman sebaya
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Daftar Pustaka
Ilmu Pendidikan Islam, 2010. Suyanto. Kencana Prenada
Media
Psikologi Pendidikan, 2004. Esti Sri Wuryani
Djiwandono, Grasindo. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar