produser : Ari Sihasale
durasi : 01:42:32
Serdadu
Kumbang adalah judul film ini, memiliki durasi 1 jam 41 menit 32 detik, bercerita tentang kehidupan di desa Mantar,
Sumbawa Besar, NTB. Desa ini bisa dikatakan masih jauh dari peradaban. Dari
segi ekonomi, teknologi, dan pendidikan sangat jauh tertinggal. Di desa
tersebut ada seorang anak laki-laki
bernama Amek yang diperankan oleh Yudi Miftahudin. Ia adalah seorang anak yang
masih duduk di bangku SD kelas 5. Ia memiliki bibir sumbing, tapi itu tidak
menjadi suatu masalah bagi Amek. Amek adalah anak yang jujur dan suka menolong.
Amek memiliki sahabat bernama Umbe (Aji santosa) dan Acan (Fachri Azhari).
Amek tinggal bersama Ibu (Titi
Sjuman), ibu Amek bernama Siti, ia mencari penghasilan dengan cara membuka
warung di rumahnya. Amek memiliki kakak perempuan yang bernama Minun. Kakaknya
Amek sangat rajin dan pintar. Menjadi juara kelas 2 kali berturut-turut di
sekolahnya. Sedangkan ayah Amek sedang menjadi TKI di Malaysia, ayah Amek
bernama Zakariya. Sudah 3x lebaran Ayah Amek tidak pulang. Hal ini membuat Amek
menukarkan kambing dengan HP seorang pedagang agar bisa menelpon ayahnya. Amek
memiliki Kuda bernama Modi. Ia sangat sayang kepada kudanya. Amek sempat jatuh
sakit saat kuda kesayangannya disita oleh Ruslan (penjual jam) karena ulah
bapak Amek. Tapi kemudian Modi kembali ke rumah karena hutang bapak Amek
dibayari oleh Minun dengan uang tabungannya yang akan digunakan untuk lanjut
sekolah ke SMA.
Selain masalah keluarga, Film
ini juga menggambarkan pendikan di Indonesia. Dalam film ini ada 3 guru yang
memiliki perbedaan dalam mengajar dan memandang sebuah pendidikan. Yang
pertama, Imbok (Ririn Ekawati) sebagai
guru kewarganegaraan sangat peduli terhadap anak didiknya. Ia rela mengundurkan
diri sebagai guru karena ia tidak setuju jika masih ada kekerasan dalam
sekolah. Setelah mngundurkan diri ia mengabdikan dirinya di desa Mantar. Yang
kedua, guru yang diperankan oleh Alim (Lukman Sardi), guru yang terkenal
disiplin bin killer, yang ketiga Le Roy Osmani sebagai openg beliau guru baik
namun hanya bisa taat pada kepala sekolah. Serta kepala sekolah yang hanya
mengukur kemampuan murid dari lulus tidaknya ujian yang diperankan dengan baik
sekali oleh Dorman Borisman.
Ada satu tokoh dalam film ini
yang selalu ikhlas mengajarkan kebaikan. Beliau sosok orang yang tegas dan
mampu berkomunikasi dengan baik kepada anak-anak dan masyarakat. Beliau adalah tokoh Kiai desa yang diperankan
oleh Putu Wijaya. Disini beliau menggambarkan bahwa kebijaksanaan
seseorang tidak dapat dibeli dengan gelar sarjana atau jabatan guru, namun
hanya diperoleh dari belajar dan kerendahan diri.
Selain tentang pendidikan, film
ini menyajikan pesan keagamaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari adegan
saat akan memasuki waktu ujian orangtua murid datang ke dukun yang berkedok
kyai. Ada juga ketika anak-anak di desa Mantar memiliki adat istiadat seperti
menulis keinginan mereka dikertas dan dimasukkan ke botol yang kemudian
digantung di ranting-ranting pohon besar. Hasil yang mereka tuliskan dapat
diambil setelah satu tahun tulisan-tulisan itu menggantung. Kakak Amek, Minun
meninggal karena jatuh dari pohon tersebut. Ketika itu Minun ingin mengambil
botol yang ia gantung di atas pohon. Setelah kejadian itu masyarakat
berbondong-bondong ingin menabang pohon tersebut karena dianggap telah memakan
korban. Akan tetapi, pak kyai dan Imbok dapat menenangkan warga.
Film ini dikemas dengan bahasa
yang santai dan natural dengan dialog
yang cerdas dan ada rasa humor didalamnya sehingga membuat penonton terhibur. Akan
tetapi, apabila film ini ditontonkan untuk anak-anak akanb terasa sulit untuk
menangkap cerita di dalamnyan karena pesan yang disampaikan film terlalu
banyak. Ada beberapa bagian film yang alur ceritanya menggantung.
Terlepas dari itu semua, film
ini tetap harus dan wajib ditonton. Khususnya bagi seorang guru dan calon guru. Karena dalam film ini banyak
memberikan pesan dan motivasi terhadap guru seperti; (1) harus berpakaian yang
baik, (2) memiliki pribadi yang baik, (3) mengetahui psikologi anak , (4)
berperan dalam rmasyarakat (5) meluangkan waktu di luar jam pelajaran.
Klimaks dalam cerita ini membuat
air mata saya tak terbendung. Mengingat Amek seorang anak yang memiliki bibir
sumbing memiliki cita-cita untuk menjadi seorang reporter terkenal.
Kekurangannya tidak menghalanginya untuk terus berlatih menjadi reporter di
gubuk tempat ia bermain dengan kedua sahabatnya. Apalagi film ini juga berhasil
membuat saya ingin berkunjung ke Desa Mantar dengan gambar-gambar yang berhasil
menangkap keindahan Sumbawa. Dan khususnya bisa mendaki gunung rinjani...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar