Rabu, 19 November 2014

Ciri-ciri Kerja Kelompok Efektif dan Pembelajaran Kooperatif

Meskipun tidak ada satu pandangan tunggal, sebagian besar peneliti sepakat bahwa kerja kelompok dan pembelajaran koopratif terdiri dari para siswa bekerja sama didalam kelompok-kelompok cukup kecil (biasa dua hingga lima) yang biasa diikuti semua orang di dalam tugas yang jelas (Slavin, 1995). Interaksi siswa-siswa adalah ciri utama keduanya, tapi tiga elemen lain juga penting (Johnson & Johnson, 2006). - Tujuan belajar mengarahkan kegiatan-kegiatan kelompok. - Guru meminta siswa secara pribadi bertanggung jawab atas pemahaman. - Murid saling tergantung untuk mencapai tujuan. Ciri-ciri ini tergambar di dalam kerja Lana bersama muirid-muridnya. Pertama, sebagai contoh, kemampuan untuk menyederhanakan pecahan adalah tujuan belajar dan tujuan ini mengarahkan upaya kelompok. Kedua, siswa berintegrasi satu sama lain saat membandingkan solusi-solusi mereka terhadap soal-soal. Ketiga, Lana pada Jumat member kelas itu satu kuis yang menilai pemahaman setiap siswa. Akhirnya, para siswa memang tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan; mereka meminta bantuan Lana hanya mereka tidak bias menyepakati satu jawaban. Karakteristik ini, disebut kesalingtergantungan pasif (Johnson & Johnson, 2006) atau kesalingtergantungan berbalas (Cohen, 1994), penting karena menekankan peran kerja sama antarteman didalam pembelajaran. Ini serupa dengan cara anggota-anggota tim dalam olahraga, seperti sepakbola atau bola basket, tergantung satu sama lain didalam persaingan.Akuntabilitas juga penting karena menjaga siswa tetap berfokus pada tujuan dan mengingatkan mereka bahwa belajar adalah tujuan dari kegiatan (Antil dkk., 1998).
Manfaat Interaksi Siswa-siswa Semua bentuk perkembangan tergantung pada pengalaman. Pemain sepak bola dan bola basket, misalnya, mendapatkan pengalaman saat berlatih dan bertanding. Kemudian, siswa mendapatkan pengalaman akademik di kelas-kelas mereka. Hal sama berlaku juga bagi perkembangan sosial dan ini boleh jadi manfaat terpenting dari kerja kelompok. Saat siswa bekerja sama, mereka mendapatkan pengalaman yang dapat mendorong sejumlah keterampilan sosial, seperti: • Menyimak dengan penuh perhatian • Membaca petunjuk;petunjuk nonverbal • Menyelesaikan ketidak sepakatan (secara diplomatis) • Mencurahkan pikiran ke dalam kata-kata • Memahami sudut pandang orang lain • Membuat pernyataan mendukung • Memberi pujian tulus Mengembangkan keahlian-keahlian atau keterampilan-keterampilan ini membutuhkan waktu. Padahal, siswa tidak mendapatkan banyak pengalaman social di dalam situasi kelas-utuh tempat mereka hanya berbicara maksimal beberapa kali di dalam satu jam pelajaran. Dan sebagian besar mereka yang mereka katakan di dalam situasi-situasi ini adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan guru atau pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Guru yang memvariasikan pengajaran mereka akan lebih efektif dibandingkan orang-orang yang mengajar secara sama setiap waktu (yang menjadi alasan bagi sebuah buku tentang strategi dan model-model pengajaran yang berbeda). Terakhir, kerja kelompok selaras dengan upaya menjadi manusia. Kian banyak literatur penelitian yang menyatakan bahwa manusia merupakan binatang sosial dan interaksi sosial adalah komponen utama dari kemanusiaan kita (Gazzaniga, 2008). Penelitian juga menyimpulkan bahwa murid atau pembelajar di dalam kelompok dapat bekerja sama membangun pemahaman lebih kuat dibandingkan individu-individu yang bekerja sendirian (Hadjioannou, 2007; Li dkk., 2007). Strategi kerja kelompok Kerja kelompok adalah sprangkat strategi instruksional atau pengajaran yang menekankan interaksi siswa-siswa untuk mendukung model-model lain. Kerja kelompok bias digunakan untuk mencapai tujuan belajar tingkat rendah dan tinggi. Mempelajari fakta-fakta matamatika dasar, nama dan tanggal dalam sejarah, serta simbol dan istilah kimia dalam sains (IPA) adalah contoh adalah tujuan tingkat rendah. Kerja kelompok juga bisa digunakan untuk mencapai tujuan belajar tingkat lebih tinggi di dalam wilayah materi yang sama. Sejumlah contoh mencangkup: - Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa - Membantu siswa memahami hubungan sebab-dan-akibat di dalam ilmu sosial - Mengajari siswa cara merancang eksperimen di dalam sains - Memberi umpan balik tentang draf tertulis Merencanakan dan Menerapkan Kerja Kelompok Efektif Sekedar menyatukan siswa tidaklah menjamin kegiatan belajar akan efektif. Jadi, anda mesti secara cermat merencanakan kegiatan kerja kelompok (Saleh, Lazonder dan jong, 2007). Ada dua masalah umum ( Emmer dan Gerwells, 1998). Pertama, siswa kerap salah menafsirkan kerja kelompok sebagai kesempatan untuk bermain kerumah teman, sehingga kegiatan yang direncanakan dengan buruk dapat menghasilkan prilaku merusak dan permainan kasar siswa. Kedua, karena siswa menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan guru secara pasif, mereka dapat mengalami kesulitan saat berhadapan dengan kebebasan didalam kerja kelompok Mencegah prilaku diluar tugas, sejumlah saran untuk emencegah prilaku di luar tugas mencakup hal berikut: Pertama, Menugaskan siswa pada kelompok dan mendudukkan anggota-anggota kelompok secara bersama-sama, supaya mereka bias bolak-balik dari kerja kelompok ke kegiatan kelas utuh dengan cepat dan mudah Kedua, Menyiapkan bahan ajar terlebih dahulu dan menyiapkan materi supaya siap didistribusikan secara merata kepada setiap kelompok Ketiga, Memberikan arahan jelas bagi tugas dibalik meja Keempat, Menentukan kuantitas waktu yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan tugas dan menjaganya tetap pendek Kelima, Menuntut bahwa siswa mengasilkan sesuatu seperti jawaban tertulis bagi pertanyaan-pertanyaan spesifik sebagai hasil dari kegiatan Keenam, Memonitor kelompok-kelompok saat mereka bekerja Menugaskan siswa pada kelompok adalah penting. Jika mereka dibiarkan bekerja dengaan teman-teman mereka, kecendrungan untuk membahas peristiwa-peristiwa social dan pribadi akan meningkat tajam. Siswa yang lebih tua seperti siswa SMP, cendrung memprotes kelompok yang sudah dipilihkan akan mengundang masalah. Selain itu, siswa secara rutin berinteraksi dengan teman-teman mereka. Sehingga, untuk mendorong perkembangan social, mereka perlu pengalaman berinteraksi dengan rekan-rekan yang jarang mereka habiskan waktu diluar sekolah. Menentukan batas waktu bagi kegiatan kerja kelompok dan menuntut siswa menciptakan produk tertulis akan meningkatkan kecendrungan mereka untuk tetap didalam tugas itu. Mengetahui bahwa mereka harus menghasilkan suatu yang berbentuk tertulis adalah salah satu strategi paling efektif anda untuk mendorong prilaku di dalam konteks tugas. Terakhir, sebagaimana didalam semua kegiatan belajar, memantau siswa secara cermat saat mereka bekerja adalah penting. Guru menugaskan kerja kelompok dan kemudian pergi untuk beraktivitas dimeja mereka sendiri secara tersirat mengkomunikasikan bahwa tugas itu tidak penting. Mengembangkan ketrampilan berinteraksi, mengkelompokkan siswa di dalam kelompok tidak menjamin bahwa mereka akan bekerja sama secara efektif. Latihan-latihan sederhana untuk membangun tim bias mengatasi masalah ini. Juga, ini dapat membantu siswa saling mengenal sebagai mitra dan rekan sejawat serta membangun identitas tim ( Slavin, 1995 ). Menginterview satu sama lain adalah tehnik sederhana dan efektif untuk membantu siswa mengenal satu sama lain dan mengembangkan rapor ( hubungan baik ). Interview terutama penting pada awal tahun sekolah dan itu dapat membantu siswa mengenal satu sama lain. Jenis Kerja Kelompok Ada berbagai jenis kerja kelompok dan memilih satu di antara semua itu tergantung pada tujuan pelajaran, ukuran dan komposisi kelas, dan tugas belajar.Ada sejumlah strategi kerja kelompok. Dalam bagian ini, kita membahas empat yang palin g umum. • Think-pair-shere (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) • Pairs check • Chombining pairs (kombinasi pasangan) • Teammates consult Think-pair-shere (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Think-pair-shere adalah strategi kerja kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu dengan seorang rekan (Kagan, 1994). Strategi ini efektif saat disisipkan di dalam pengajaran kelompok-utuh yang dibimbing guru. Misalnya, andaikan Anda seorang guru sejarah dunia yang membahas revolusi Rusia atau Bolsevik. Anda mungkin berkata,”sebutkan dua factor atau peristiwa dalam Revolusi Rusia atau Bolshevik, dimulai pada tahun 1917, yang sama dengan Revolusi Perancis, yang dimulai yang dimulai pada tahun 1789.” Pairs Check Pairs check adalah sebuah strategi kerja kelompok yang melibatkan siswa berpasangan di dalam kegiatan di balik meja yang berfokus masalah-masalah dengan jawaban konvergen (seragam). Strategi ini mengikuti instruksi di mana suatu konsep atau keterampilan telah diajarkan. Ini juga member siswa kesempatan untuk berlatih dengan topic itu dan memeriksa jawaban mereka. Inilah yang digunakan Lana. Kedua siswa disetiap pasangan bergelut dengan masalah, memeriksa jawaban mereka, dan kemudian berusaha memecahkan ketidaksepakatan apabila jawaban-jawaban mereka berbeda. Saat siswa-siswanya bekerja, Lana memonitor prosesnya dan mendorong mereka untuk membahas perbedaan mereka sebelum berkonsultasi dengannya. Latihan ini dapat meningkatkan rasa otonomi siswa. Semakin tinggi otonomi yang dirsakan siswa, semakin mereka cenderung puas dengan kerja mereka (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008). Combining Pairs (kombinasi pasangan) Combining pairs adalah strategi kerja kelompok yang menggunakan pasangan belajar sebagai unit dasar instruksi tapi meminta pasangan untuk berbagi jawaban mereka dengan pasangan lain. Combining pairs bisa diintegrasikan dengan pelajaran kelas-utuh sebagaiman juga dengan tugas di balik meja. Ini memiliki keuntungan berupa mendorong partisipasi aktif pasangan seraya membantu siswa mengembankan keterampilan sosial di dalam kelompok lebih besar. Saat menggunakan strategi ini selama pelajaran kelas-utuh, Anda menunjuk baik pasangan dan kelompok yang terdiri dari empat orang (dua pasangan belajar) dan meminta mereka duduk bersama. Sehingga, instruksi bisa bergerak dengan cepat dari seluruh kelas kekelompok kecil dan kembali ke kelas-utuh secara cepat dan efesien. Teammates Consult Teammates counsult adalah satu pariasi kerja kelompok dari combining pairs yang menuntuk pembahasan sebelum siswa menuliskan jawaban. Saat menggunakan strategi ini, tim yang masing-masingnya terdiri dari empat orang diberikan lembar kerja atau tugas lain yang memiliki jawaban seragam. Akan tetapi, ketimbang bekerja sendirian sebelum memeriksa jawaban, anggota kelompok membahas soal dan kemungkinan solusi sebelum berusaha memecahkannya. Setelah mereka menyepakati satu strategi untuk memecahkan masalah, setiap anggota kelompok memecahkannya secara individu.Strategi ini bisa distrukturkan sehingga anggota-anggota kelompok bergiliran menawarkan solusi awal terhadap permasalahan, yang kemudian dibahas oleh kelompok. Strategi Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sekelompok strategi mengajar yang memberikan peran terstruktur bagi siswa seraya menekankan interaksi siswa-siswa ( Paul Eggen dan Don Khauchak dalam strategi pembelajaran,hal:136). Menurut Nurhadi dan Senduk, (2003) Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku saja, tetapi sesama siswa. Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang tersruktur, dan dalam system ini guru bertindak sebagai fasilitator.Dalam materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dan kerja kelompok itu serupa tapi tak sama. Kadar strukturnya merupakan perbedaan utama. Strategi pembelajaran kooperatif lebih terstruktur dan memberikan peran spesifik bagi siswa. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif a. Saling ketergantungan positif Dalam system pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan antar siswa yang satu dengan yang lain inilah yang disebut dengan saling bergantungan positif. Mereka sadar bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Saling ketrgantungan positif tersebut bisa diciptakan dalam beberapa strategi. Pertama, saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Kedua, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Ketiga, saling ketergantungan bahan atau sumber ajar. Keempat, saling ketergantungan peran. Kelima, saling ketergantungan hadiah (Nurhadi dan Senduk, 2003), Lie (2002). b. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama siswa. Dalam hal ini antar anggota kelompok melaksanakan aktifitas-aktifitas dasar seperti bertanya, memberi jawaban, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberi penjelasan,berkata sopan, meminta bantuan, memberi penjelasan, dan sebagainya. c. Akuntabilitas individual Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan kerja kelompok. Jadi, setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap pengusaan materi pembelajaran secara maksimal karna hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai kelompok kondisi belajar yang demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) kepada masing-masing individu siswa. d. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi Dalam pembelajaran kooperatif di tuntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendomonasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak ahanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh guru. Ciri ciri pembelajaran kooperatif: Kelompok-kelompok heterogen: kelompok ini merupakan campuran jenis kelamin, suku dan kemampuan. Interpedensi positif: setiap orang dalam kelompok memiliki tugas untuk diselesaikan Interaksi verval tatatp wajah: para siswa terlibat dalam diskusi yang mempunya tujuan Akuntabilitas individu: setiap anggota harus menyelsaikan suatu tugas penilaian yang cocok dengan tujuan kelompok . Tujuan sosial akademis yang dikenali: penuntun bagi kerja kelompok telah di jelaskan dan dipraktekkan Proses kelompok yang dijalankan: selama kerja kelompok intrusktur memonitor keterlibatan siswa pada akhir kerja kelompok, tingkat keberhasilan kelompok. Jigsaw Kevin garrett, seorang guru geografi dunia SMU, memutuskan untuk menggunakan pendekatan berbeda bagi studinya tentang Amerika Tengah, yang merupakan unit pelajaran berikutnya dalam geografi dunia. Dia mengatur kelasnya menjadi tim yang masing-masing beranggotakan empat orang dan meminta setiap anggota tim mempelajari sebagian topik secara mendalam agar mereka mampu mengajarkan informasi ini kepada rekan tim mereka. Contoh, di dalam bab tentang Costa Rica, satu anggota dari setiap tim mempelajari geografinya. Anggota lain mempelajari perekonomiannya. Anggota ketiga, sejarahnya; dan anggota keempat, kebudayaannya. Mereka dalah pakar yang ditunjuk untuk bagian itu. Para pakar kemudian mengajarkan bagian-bagian itu kepada rekan tim mereka. Pada akhir proses ini, seluruh kelas mendapatkan kuis tentang masing-masing topik. Kevin di dalam unitnya menggunakan Jigsaw, Strategi pembelajaran dimana siswa individu menjadi pakar sub bagian itu kepada orang lain. Seperti semua kerja kelompok dan strategi pembelajaran kooperatif, kekuatan jigsaw terlatak pada interaksi siswa-siswa yang didorongnya. Ciri-ciri Jigsaw Pertama, jigsaw dirancang untuk mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodiez of knowledge). Kedua, jigsaw mencakup satu elemen bernama spesialisasi tugas (task specialization). Bangunan pengetahuan sistematis Di awal pembahasan bab ini, terlihat bahwa siswa Lana Dopson memecahkan masalah dimana mereka mengurangi pecahan hingga ke pecahan terkecil. Dalam kasus lain, guru mungkin ingin mereka memahami konsep, seperti kerja (work) dan Gaya (force), dalam sain. Topik-topik ini pasti dan baku. Berbeda dengan tpoik yang dibawa oleh kevin, yang merupakan contoh bangunan pengetahuan sistematis. Satu topik yang mengkombinasikan fakta, konsep, generalisasi dan hubungan diantara semua itu. Contoh lain seperti, Perang Revolusi dan Revolusi Industri di dalam ilmu sosial, sistem pernapasa manusia dan amfibi di dalam sains. Spesialisasi Tugas Lihat kembali cara Kevin menstrukturkan unitnya dan peran siswa di dalamnya. Dia mengguanakan satu proses bernama spesialisasi tugas, yang menuntut siswa berbeda memainkan peranan khusus untuk mencapai tujuan satu kegiatan belajar. Saat terlibat di dalam satu kegiatan jigsaw, siswa menjadi pakar satu bagian tertentu dari tugas belajar dan menggunakan keahlian mereka untuk mengajari siswa lain. Kemudian,saat mereka bekerja sebagai stu tim, setiap anggota menyumbangkan kepingan puzzle pengetahuan berbeda, yang menjadi sumber dari sebutan jigsaw. Kunci bagi keberhasilan jigsaw adalah kesalingtergantungan yang dipupuknya di dalam diri anggota tim. Siswa harus tergantung satu sama lain untuk mempelajari materi. Merencanakan Kegiatan Jigsaw Menentukan Tujuan Belajar Memperjelas tujuan belajar anda adalah penting ketika merencanakan kegiatan belajar apapun. Karena dengan tujuan belajar yang telah ditentukan memudahkan kita untuk memilih strategi pembelajaran mana yang akan dipakai. Jika mendapatkan kemampuan penelitian, meraih kemandirian, dan mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi adalah tujuan pembelajaran anda yang sama penting atau bahkan lebih penting dari sekedar tersampaikannya materi maka jigsaw adalah strategi yang tepat dan membuat anda akan menjalankan strategi ini dengan baik. Menyiapkan Panduan Belajar Untuk menjadi “pakar atau ahli” tentang satu topik, atau tentang sebagian topik, siswa memerlukan dukungan dalam bentuk panduan belajar yang akan membantu mereka mencari informasi. Buku teks mereka dan internet adalah dua sumber yang mungkin akan mereka gunakan. Membentuk Tim siswa Keputusan yang anda buat soal pembentukan tim adalah hasil langsung dari pikiran anda tentang tujuan belajar. Jika siswa anda ingin mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja sama dengan teman sekelas yang memiliki latar belakang, nilai dan sikap yang berbeda, kelompok anda perlu mencerminkan keberagaman ini. Akibatnya, tim harus diatur supaya mencakup anak laki-laki dan anak perempuan, anak bermotivasi prestasi tinggi dan rendah, siswa dengan dan tanpa kesulitan belajar serta anggota dari minoritas kultural. Mendukung Presentasi Siswa “Pakar” anda berupa siswa akan mendapat pengalaman berharga saat mereka belajar dan melakukan presentasi di depan teman sekelas mereka. Namun, sebagaimana dikatakan sebelumnya, mereka tidak akan mampu mengajar sebaik anda. Anda perlu membuat rencana untuk kemungkinan ini. Sehingga, anda bisa mengisi kepingan-kepingan topik yang hilang untuk menjamin bahwa siswa anda memenuhi tujuan materi anda. Menerapkan Pelajaran Menggunakan Jigsaw Menunjuk Pakar Menunjuk “Pakar” berupa siswa adalah langkah pertama untuk menerapkan pelajaran jigsaw. Anda bisa menunjuk siswa mempelajari topik tertentu. Atau, anda bisa meminta siswa memilih topik yang inginmereka pelajari secara mendalam. Fase ini bertujuan untuk membuat kerangka kerja bagi kepingan-kepingan jigsaw, dan memberikan latihan negosiasi sosial. Mengumpulkan Informasi Memberikan kepada mereka buku panduan belajar yang telah anda siapkan. Selain itu mereka juga akan mengggunakan sumber yang tersedia untuk mengumpulkan informasi dan mengatur presentasi mereka. Buku teks mereka dan internet adalah dua sumber yang kemungkinan akan mereka gunakan. Jumlah waktu yang anda berikan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi tergantung pada cakupan topik anda. Rapat Ahli Setelah siswa mempelajari komponen-komponen topik individual mereka secara mendalam, rapat ahli diadakan. Tujuan rapat-rapat ini adalah supaya siswa membandingkan dan menyusun informasi yang telah mereka kumpulkan. Sehingga, mereka dapat melakukan presentasi kepada teman-teman mereka sejelas mungkin. Peer Instruction (Mengajar Teman) Selama peer instruction, para pakar kembali ke kelompok mereka dan bergiliran mengajarkan topik mereka kepada kelompok. Kemudian, anda harus memberikan kesan kepada siswa bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban untuk memahami semua materi dalam semua presentasi. Sehingga, mereka didorong untuk mencatat dan mengajukan pertanyaan kepada para ahli selama presentasi. Untuk membantu siswa mendengarkan presentasi ini, anda mungkin bisa memberikan catatan panduan kepada siswa. Review dan Penutup Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, celah-celah dalam presentasi siswa pastilah ada. Presentasi tidak akan selalu jelas dan sejumlah informasi akan hilang. Ini tidak berati bahwa meminta siswa melakukan presentasi adalah buang-buang waktu. Mendapatkan pengalaman untuk mempelajari, mengatur dan mempresentasikan informasi adalah tujuan berharga bagi dirinya sendiri. Akan tetapi untuk mencapai tujuan materi anda, anda mesti membantu siswa mengisi celah-celah ini. Selama review, anda mungkin bisa meminta siswa merujuk kembali catatan panduan mereka dan mengisi celah-celah yang ditinggalkan oleh mereka. Proses review juga ini juga bisa sedikit menjebak. Jika siswa anda menyimpulkan mereka bisa mendapatkan semua informasi yang perlu tentang topik ini pada review anda pada akhir keseluruhan proses jigsaw, mereka akan cenderung untuk tidak secara cermat menyimak presentasi teman sekelas mereka. Ini adalah alasan lain untuk menekankan bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban untuk segala informasi di dalam presentasi ahli. Student Teams Achievement Divisions Adalah sebuah strategi pembelajaran kooperatif yang memberi tim berkemamopuan majemuk latihan untuk mempelajari konsep dan keahlian, bersama para siswanya (Slavin, 1986, 1995) Lana memberikan contoh pecahan sepadan dan kemudian mencontohkan proses membentuk pecahan sepadan dan pecahan penambah saat pecahan sepadan sudah ditemukan. Dia meminta siswa-siswnya untuk mengerjakan satu soal. Setelah mereka selesai dia membahas contoh itu dan memberikan umpan balik kepada siswanya. Dia mengulangi proses itu dengan dua contoh lagi. Lana kemudian meminta siswanya belajar di dalam kelompok, yang masing-masing terdiri dari empat orang, untuk menyelesaikan satu tugas dibalik meja. Keempat siswa berusaha memecahkan soal itu dan mereka membandingkan jawabvan mereka dengan pasangan mereka. Jika mereka tidak sepakat, mereka berdiskusi dengan pasangan lain di dalam kelompok mereka. Mereka berpindah ke soal berikutnya setelah mereka menyelesaikan perbedaan mereka dan keempat anggota kelompok memahami solusi yang ada. Mereka diskusi dengan Lana hanya jika mereka tidak mampu mencapai kesepakatan tentang jawaban atau metode untuk memecahkan soal. Merencanakan pelajaran dengan STAD Melakukan Perencanaan Untuk Mengajar Kelas-Utuh Saat menggunakan STAD, anda meranang rencana untuk mempresentasikan materi yang akan di praktikan siswa di dalam kelompok dengan cara yang sama anda merancang rencana untuk pelajaran apapun. Sebagaimana semua strategi dan model, memiliki tujuan belajar yang jelas di dalam pikiran, menyiapkan contoh-contoh berkualitas tinggi, dan mendorong interaksi berperan penting, Mengatur kelompok Sebagaimana Jigsaw, atau strategi pembelajaran kooperatif lainnya, anda semestinya membentuk kelompok-kelompok ini untuk memastikan bahwa masing-masing kelompok mencakup orang-orang bermotif prestasi tinggi dan rendah, serta keberagaman lainnya. Merencanakan studi tim Sukses pembelajaran STAD tergantung pada memiliki bahan-bahan berkualitas tinggi untuk memandu interaksi di dalam kelompok. Di sinilah tujuan belajar yang jelas menjadi penting. Tujuan itu memastikan bahwa pengajaran kelompok dan studi tim selaras dengan tujuan belajar. Bahan-bahan studi tim harus menuntut jawaban yang konvergen, yaitu jawaban yang jelas antara benar atau tidak benar. Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan kesempatan Ini dicapai dengan memberi siswa nilai perbaikan jika skor mereka di dalam satu tes atau kuis lebih tinggi dari padan skor dasar mereka. Skor dasar adalah nilai rata-rata siswa berdasarkan tes dan kuis masa lampau atau skor yang ditentukan oleh nilai semester lalu atau tahun lalu. Nilai perbaikan diberikan berdasarkan kinerja siswa di dalam satu tes atau kuis ketika dibandingkan dengan skor dasar mereka. Dua poin tambahan penting. Pertama, siswa harus mendapatkan jumlah poin maksimal jika mereka memiliki makalah sempurna, terlepas dari skor dasar mereka. Kedua, kesulitan kuis anda harus beragam, sehingga siswa tidak akan membaik ndalam sejumlah kuiss bukan karena mereka kurang berupaya. melainkan, karena topiknya lebih sukar. Menerapkan Pelajaran Menggunakan STAD Pengajaran Saat menggunakan STAD, pengajaranya serupa dengan kelompok-utuh standar yang berfokus pada konsep dan keterampilan spesifik. Anda mengajarkan pelajaran sebagaimana anda lihat dibagian sebelumnya. Pengajaran Lana menggambarkan langkah-langkah ini. Transisi ke tim Di dalam STAD, sejumlah isu strategi-strategi kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif lebih sederhana. Sebab, siswa akan mengerjakan tugas yang sudah jelas (well-defined), seperti memecahkan soal yang diperintahkan lana. Namun, ada sejumlah isu lain yang bisa muncul. Sebagai contoh, Isu tentang perbedaan motivasi prestasi belajar. Untuk itu agar transisi ke tim berjalan dengan baik, menjelaskan dan menggambarkan proses untuk memberikan nilai perbaikan dan penghargaan tim adalah penting. Studi tim Studi tim memberikan kesempatan bagi siswa melatih materi baru dan mendapatkan umpan balik dan anggota-anggota kelompok yang lain. Memonitor siswa penting dalam fase ini. Pertama, untuk mencegah isu-isu proses belajar dalam kelompok seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kedua, untuk mendorong perkembangan keterampilan sosial yang menjadi tujuan dari semua kegiatan kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif. Mengakui prestasi Saat menggunakan STAD, anda akan melakukan asesmen terhadap siswa anda dengan cara yang sama sebagaimana biasa anda lakukan. Misalnya, Lana memberikan kuis matematika setiap kamis dan dia kembali serta membahasnya pada hari jumat tetapi asesmen dalam STAD memiliki fungsi tambahan sebagai dasar bagi nilai bagi nilai perbaiukan dan penghargaan tim. Sebagaimana anda lihat sebelumnya, bahwa saat mereka menyamai kinerja masa lalu mereka, mereka diberikan angka poin perbaikan yang kecil. Saat mereka melebihinya, nilai perbaikan meningkat secara proporsional. Menilai Pembelajaran Saat Menggunakan kerja Kelompok dan pembelajaran Kooperatif Menilai pemahaman materi Menilai pemahaman materi tatkala menggunakan strategi kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif adalah sama sebagaimana menggunakan bentuk pembekajaran lainnya. Bisa menggunakan soal pilihan ganda dan atau esai. Menilai proses kelompok Menilai proses kelompok agak berbeda dari menilai pemahaman materi. Ada dua alasan. Pertama, asesmen ini akan menjadi kurang formal. Yaitu, anda idak bisa memberikan tes atau kuis untuk menilai sejauh sejauh mana siswa bekerja sama secara efektif. Kedua, asesmen tidak akan digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan soal nilai. Saat anda menilai proses kelompok, anda ingin mengetahui apakah siswa belajar menerima tanggung jawab pribadi dan berfungsi sebagai anggota produktif satu kelompok. Catatan pribadi anda, daftar periksa (checlist), dan skala peringkat adalah cara umum untuk menilai kemampuan-kemampuan ini. Mengeksplorasi keberagaman: Mendorong Hubungan Antarpribadi Dengan Kerja Kelompok Dan pembelajaran Kooperatif Meskipun penting untuk membangun pengetahuan, interaksi sosial tidak selalu terjadi secara alamiah dan nyaman. Orang cenderung curiga terhadap orang-orang yang berbeda (Vedantam, 2010). Guru tidak bisa memerintahkan toleransi, kepercayaan, dan persahabatan di antara siswa dari latar belakang berbeda. Mereka memerlukan alat tambahan dan pembelajaran kooperatif bisa menjadi salah satunya. Siswa yang bekerja sama di dalam kelompok belajar kooperatif mengasah keterampilan sosial mereka, menerima siswa dengan kesulitan belajar, dan membangun persahabatan dan sikap mpositif terhadap orang lain yang memiliki prestasi, etnisitas, dan gender berbeda (Johnson & Johnson, 2006; Vaughn dan Bos, 2006). Dan manfaat dari kerjasama siswa berasal dari empat faktor. Pertama, siswa dengan latar belakang bekerja sama. Kedua, anggota kelompok memiliki statua setara. Ketiga, siswa mempelajari diri mereka satu sama lain sebagai individu. Keempat, guru menekankan nilai dari kerjasama diantara semua siswa (Slavin, 1995). Mengkritik Kerja Kelompok dan Pembelajaran kooperatif Penelitian yang menelaah pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan komunikasi, keterampilan antar pribadi, dan sikap siswa terhadap pelajaran mereka. Pembelajaran ini bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan prrestasi secara umum (Gao, Losh, Shen, Turner, & Yuan, 2007; Roseth, dkk., 2007). Hasil-hasil ini memiliki dua dampak bagi anda. Pertama, perencanaan cermat adalah sama pentingnya bagi pembelajaran kooperatif sebagaimana pentingnya ia bagi strategi atau model lainnya. Kedua, pemberian nilai secara kelompok-pemberian nilai dimana semua siswa di dalam kelompok menerima nilai yang sama-haruslah dihindari; pertanggungjawaban individu adalah penting (Su, 2007). Ingatlah kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif adalah strategi dan hanya strategi. Artinya, keduanya tidak pernah menjadi tujuan dirinya sendiri. Juga, kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif, seperti semua strategi dan model, memiliki kekuatan dan kelemahan. Keduanya jangan sampai menjadi model penghajaran utama anda. Strategi Diskusi Adalah strategi instruksional atau pengajaran yang melibatkan siswa untuk berbagi ide tentang satu topik umum yang melibatkan interaksi siswa-siswa dan diskusi juga bisa di kombinasikan secara efisien dengan kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif. Perencanaan diskusi. Diskusi adalah kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu di arahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan bebagai macam pendapat dan akhirnya diambil kesimpulan dan dapat diterima dalam kelompoknya. Jenis diskusi: Diskusi formal Diskusi ini seperti terdapat di lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal. Diskusi tidak formal atau informal Diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang dimana satu sama lain bersifat “ face to face of relationship” tatap muka dalam keakraban Diskusi panel Diskusi ini menghadapi masalah yang ditinjau dari beberapa pandangan pada umumnya panel ini dilaksanakan oleh beberapa orang saja, yang dapat diikuti oleh banyak penggemar Diskusi dalam bentuk simposi Diskusi ini hampir sama dengan diskusi panel hanya simposiom lebih formal yang diselenggarakan apabila ada pertentangan pendapat. Ahli-ahli yang berbeda pendapat memberikan informasinya. Selanjutnya dilakukan diskusi para pembicara dan pendengar. Diskusi dalam simposiom ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu Lecture discution Diskusi ini dilandaskan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau persoalan saja. Hal-hal yang perlu di perhatikan oleh pimpinan diskusi adalah: a) Ikut sertakan anggota diskusi. b) Batasi pendapat sendiri dan hargai pendapat peserta diskusi, walaupun kurang tepat pendapatnya c) Jangan perturutkan seorang peserta diskusi memborong pembicara. d) Simpulkan pembicaraan atau hail-hasil pembicaraan e) Ciptakan suasana hormat dan menghormati, suasana humor, sehingga suasana tidak tegang f) Perhatikan waktu dan terpecahkannya persoalan diskusi g) Jagalah rasa hormat terhadap orang usahakan suasana demokratis dan dinamis dalam diskusi Sebagaimana semua strategi dan model perencanaan untuk bermula dari memilih topik. Diskusi paling efektif saat topiknya kontroversial atau membuka ruang bagi perbedaan intrepretasi. Perencanaan untuk Diskusi Mengidentifikasi Topik Sebagaimana semua strategi dan model, perencanaan untuk diskusi bermula dari pemilihan topic. Diskusi paling efektif saat topiknya kontroversial atau membuka ruang bagi perbedaan interpretasi Menentukan tujuan belajar Anda akan memiliki tiga jenis tujuan saat anda melibatkan siswa ke dalam diskusi. Pertama, anda ingin mereka memikirkan satu topik secara mendalam dan lebih analitis dibandingkan jika mereka hanya membacanya. Kedua, diskusi memberi siswa latihan berfikir kritis. Saat mereka menawarkan interpretasi mereka. Anda bisa meminta mereka memberikan bukti bagi opini mereka. Dengan pengalaman, mereka diharapkan belajar untuk berhenti dan berfikir sejenak sebelum memberikan opini atau innterpretasi yang tak berdasar atau kecendrungan yang akan berguna bagi mereka dalam dunia di luar sekolah. Ketiga, diskusi dapat berkontribusi banyak pada perkembangan sosial siswa. Mereka mempelajari ketrampilan-ketrampilan sosial penting, seperti: • Mendengarkan dengan penuh perhatian • Menunggu giliran • Mengekspresikan ide dengan jernih dan jelas • Mengembangkan ide-ide orang lain • Membaca petunjuk-petunjuk nonverbal Mengembangkan pengetahuan siswa Mengatakan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan mendalam sebelum memulai diskusi sudahlah jelas. Memang, tidak ada satupun dari kita membahas suatu topik jika kita tidak tahu apapun soal tersebut. Jadi, diskusi harus selalu diadakan setelah pelajaran-pelajaran yang berfokus pada mendapatkan pengetahuan dan memahami topik. Membangun struktur Di atas menjelaskan bahwa diskusi tampak tidak memiliki struktur, siswa sekedar membahas gagasan. Ini tidak benar, untuk melihat betapa pentingnya memiliki struktur di dalam diskusi. Menerapkan Diskusi 1. Fase Perkenalan Adalah cara bagaimana untuk mendapatkan perhatian siswa untuk membuat diskusi yangberhasil. Misalnya memperkenalkan pelajaran dengan memberitahu siswa bahwa dia akan membaca satu kutipan teks dan bahwa siswa harus menuliskan hal penting apa berdasarkan yang dibaca. 2. Eksplorasi Sepanjang fase eksplorasi, siswa berfokus pada topik atau isu dan berbagi perspektif mereka satu sama lian. Memberikan berbagai sudut pandang seperti yang kita lihat penting di dalam diskusi. Ada dua peran penting saat memandu diskusi pertama, anda mesti menjaga diskusi terfokus dan mengalir dan kedua, anda berusaha memberi siswa pengalaman yang mendorong perkembangan social dengam meberi contoh konkret dari keterampilan berinteraksi yang bisa digunakan siswa untuk meningkatkan perkembangan social mereka sendiri. 3. Penutup Terlepas dari strategi atau medel yang digunakan, pelajaran memerlukan semacam penutup (closure), sebuah review atau pernyataan ringkasan di akhir pelajaran. Menelaah perspektif dan interpretasi berbeda adalah tujuan diskusi. Sehingga, siswa tidak akan mencapai suatu kesimpulan yang sama sebagaimana jika mereka mempelajari konsep atau keterampilan tertentu, seperti siswa mana yang menambahkan pecahan dengan penyebutan sama. Menilai pembelajaran saat menggunakan strategi diskusi Didalam diskusi kita tentang perencanaan, kami mengatakan bahwa anda akan memiliki tiga tipe tujuan saat menggunakan strategi diskusi: • Mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang topic,spesifik,seperti karakter-karakter dalam the scarlet letter • Mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa • Mendorong perkembangan sosial Menilai Materi dan Pemikiran Kritis. Anda akan menilai pemahaman siswa tentang topic demenilai pemahaman siswa tentang topic dengan cara tradisional. Yaitu, dengan item-item esai sebagai cara paling umum. Item-item esai bisa digunakan untuk menilai pemahaman siswa tentang materi dan sekaligus, kemampuan berfikir kritis mereka. Menilai Perkembangan Sosial. Sebagimana kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif, menilai perkembangan sosial didalam diskusi kerap informal dan didasarkan pada pengamatan terhadap siswa saat mereka berinteraksi satu sama lain. Observasi sistematis, proses menentukan kriteria bagi kinerja baik atau berterima didalam satu kegiatan dan membuat catatan berdasarkan kriteria itu, cenderung akan menjadi proses paling efisien untuk menilai perkembangan sosial. Sebagai contoh, andaikan anda menetapkan kriteria-kriteria berikut bagi diskusi efektif: • Siswa semua berpartisipasi kira-kira secara sama • Siswa membuat pernyataan mendukung bagi satu sama lain • Siswa mendukung pendapat mereka dengan bukti Kemudian, saat anda mengamati para siswa selama diskusi, anda secara sistematis mencatat setiap kriteria dan membahas catatan itu dengan siswa setelah diskusi selesai. Mislnya siswa mendominasi diskusi kerap tidak melakukan itu. Umpan balik yang anda berikan dapat membantu mereka lebih sensitive terhadap prilaku mereka. Sehingga, harapannya, mereka bisa merubah didalam diskusi-diskusi selanjutnya. Karena penekanan pada standar pemebelajaran dan akuntabilitas, mungkin terlihat bahwa perkembangan sosial menjadi tujuan yang kurang penting didalam sekolah-sekolah kita. Bahkan, asesmen efektif terhadap perkembangan sosial dan umpan balik yang bisa anda berikan kepada siswa anda terkait ketrampilan sosial mereka, bisa menjadi beberapa dari kontribusi terpenting yang bisa anda berikan kepada guru. Pembelajaran Kooperatif dan Diskusi di dalam Lingkungan Belajar Berbeda. Teknologi dan Pengajaran : Mengembangan Ketrampilan Sosial di dalam Komunikasi yang Diperantarai Teknologi Penelitian ini adalah sumber prinsip belajar, interaksi social dan penggunaan bahasa memfasilitasi kontsruksi pengetahuan dan ini adalah dasar dari bab ini. Saat ini kita berfikiran tentang interaksi siswa-siswi kita biasanya membayangkan murid saling berhadapan di dalam kegiatan pembelajaran kooperatif atau diskusi. Komunikasi tatap muka ini penting, terutama belajar membaca petunjuk nonverbal dan memberikan serta mendapatkan umban balik langsung secara terkait dekasi tatap muka ini penting, terutama belajar membaca petunjuk nonverbal dan memberikan serta mendapatkan umban balik langsung secara terkait dengan interaksi social. Akan tetapi, di dunia masa kini,komunikasi seperti sruler,SMS,Twitter, dan facebook, menjadi kian penting. Dan sebagaimana ketrampilan sosial seperti menyimak dengan penuh perhatian saat seorang sedang berbicara itu penting didalam komunikasi tatap muka, demikian juga terdapat ketrampilan Konvensi sosial tertentu yang harus di patuhi didalam komunikasi sosial.Kesan-kesan pada awalnya kita ciptakan didalam elektronik kerap lebih penting dibandingkan jika didalam interaksi tatap muka. Sebab, komunikasi elektronik tidak memungkinkan umpan balik lisan langsung dan tidak mencakup umpan balik nonverbal sama sekali. Karena orang lebih anonym dan berjarak lebih anonym dan berjarak secara sosial didalam komunikasi elektronik, mereka biasa berkomunikasi secara online dalam cara yang tidak akan mereka bayangkan didalam komunikasi tatap muka. Paling buruk itu bias menghasilkan proses pernyataan flaming (caci maki ), permusuhan,penghinaan,merendahkan atau agresif sepanjang komunikasi elektronik ( Alonzo dan Aiken 2004 ) atau cyber bullying yaitu menggunakan internet, ponsel, atau alat-alat lain untuk melukai atau mempermalukan orang lain ( Hinduja dan Patchin, 2009 ). Panduan bagi komunikasi elektronik efektif Sebagaimana perkembangan sosial murid didalam komunikasi tatap muka meningkat seiring pengalaman, pengalaman mamadai yang dapat memadai yang dapat mendorong perkembangan sosial terkait komunikasi elektronik. Anda bias memodelkan panduan sebagai berikut: • Jagalah komunikasi elektronik dan terutama komunikasi tertulis seperti surel supaya tetap pendek dan langsung ke inti permasalahan • Berhati-hatilah dengan nada komunikasi elektronik. Jagalah pesan tetap menyenangkan dan mendukung. Surel dengan nada negative bisa menciptakan kesan enak didalam diri penerima • Gunakan tata bahasa, koma, dan ejaan yang benar dalam surel dan bentuk-bentuk lain komunikasi tertulis seperti facebook Praktik yang Sesuai Taraf Perkembangan: Pembelajaran Kooperatif dan Diskusi dengan Siswa dari Usia Berbeda Struktur dasar dari kerja kelompok, pembelajan kooperatif dan diskusi adalah sama bagi murid dan semua usia. Akan tetapi, sejumlah adaptasi akan diperlukan saat menggunakan strategi-strategi ini bersama siswa-siswa dari tingkat perkembangan yang berbeda. Pembelajaran kooperatif dan diskusi dengan anak-anak kecil Dengan anak kecil, kegiatan kooperatif kemungkinan besar akan berbentuk kerja kelompok sederhana,ketimbang strategi jngsaw atau pembelajarankooperatif STAND. Banyak guru di kelas lebih rendah sering menggunakan kerja kelompok dan itu bisa efektif asalkan dilakukan dengan perencanaan cermat. Tugas-tugas harus langsung dan arahan mestinya jelas. Bahan haruslah konkret dan mudah diakses. Saat melakukan kerja kelompok dengan anak kecil, anda akan menekankan ketrampilan sosial sederhana, seperti berbagi dan menunggu giliran. Guru melaporkan bahwa anak kecil kadang akan bertengkar soal siapa yang berhak mengumpulkan materi atau tugas lain. Belajar menunggu giliran dan diberikan hak istimewa dalam kegiatan berikutnya adalah pengalaman setimpal yang bisa medorong perkembangan sosial. Diskusi pendek bersama anak kecil kemungkinan dengan menggunakan pengalaman langsung, misalnya mendengarkan cerita dan kemudian membahas karakter atau peristiwa sseperti apa yang dipikirkan satu karakter di dalam sebuah cerita saat satu peristiwa tertentu terjadi. Meningkatkan Motivasi dengan pembelajaran kooperatif dan diskusi Manusia mahluk sosial dan pembelajaran kooperatif serta diskusi memanfaatkan watak sosial siswa. Siapapun yang pernah bekerja diruangan kelas dan berinteraksi dengan anak kecil dan remaja akan menyadari bahwa siswa pada umumnya senang berinteraksi dengan teman-teman mereka Minat terhadap efek motivasi dari berinteraksi sosial bisa dilacak bertahun-tahun kebelakang, saat peneliti menemukan bahwa pengerjaan dari tugas-tugas yang secara potensi membosankan bisa ditingkatkan dengan mengerjakannya secara berkelompok ( Schunk, Pintrinch dan meece, 2009 ). Ada dua factor terpenting disini pertama, siswa secara umum mengalami setidaknya sejumlah bentuk sukses didalam kegiatan kelompok dan sukses itu penting bagi motivasi. Kedua, keterlibatan adalah contributor utama bagi motivasi. Juga, keterlibatan didalam kerja kelompok, pembelajaran kooperatif, dan diskusi biasanya lebih tinggi dibandingkan didalam kegiatan-kegiatan belajar lain Penelitian tambahan menunjukkan bahwa kerja kelompok , pembelajaran kooperatif, dan diskusi dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar siswa, seperti kebutuhan untuk tampak pintar dan kompeten serta kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain didalam lingkungan sosial ( Ryan dan Deci, 2003). Daftar Pustaka: • Wena made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer ( dalam tujuan konseptual oprasional), Bumi Aksara,cet-4, jakarta. • Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, CV. Pustaka Setia,cet-1 1997, Bandung • Gene E. Hall,Linda F.Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar Dengan Senang,PT INDEKS,cet- II 2008 • Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir), PT INDEKS, Jakarta Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar