Kamis, 27 November 2014

FUNGSI MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANAJEMEN PENDIDIKAN



KONSEP MANAJEMEN
A.    APA YANG DIMAKSUD ADMINISTRASI?
Sebelum diterangkan tentang apa itu manajemen, terlebih dahulu dikemukakan apa itu administrasi, sebab konsep manajemen sangat terkait dengan konsep administrasi.
Secara etimologis, administrasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu administrare yang berarti melayani atau membantu.
Administrasi dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam arti sempit, administrasi sebagai keseluruhan pencatatan secara tertulis dan penyusunan secara sistematis keterangan-keterangan dengan tujaun agar mudah memperoleh ikhtisar-ikhtisarnya secara menyeluruh.
Dalam arti luas, administrasi merupakan kesuluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dimana ada dua orang atau lebih melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan, di situlah sedang terjadi administrasi.

B.     APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN?
Di atas telah disebutkan bahwa administrasi merupakan proses kerja sama. Dalam proses kerja sama tentunya menyertakan banyak orang dan menggunakan berbagai fasilitas, tidak saja sarana dan prasarana melainkan juga dana. Semakin luas kerja samanya, semakin banyak pula orang yang dilibatkan dan atau fasilitas yang digunakan. Agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien, tentunya semua orang yang dilibatkan dan fasilitas yang digunkan perlu didayagunakan sedemikian rupa. Proses pendayagunaan itulah yang disebut dengan manajemen. Jadi, manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi, terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan kerja sama (administrasi) secara efisien.
FUNGSI MANAJEMEN
Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses atau disebut juga sebagai fungsi manajemen adalah:
1.      Perencanaan (Planning)
Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan. Program kegiatan apa pun perlu direncanakan dengan baik, sehingga semua kegiatan terarah bagi tercapainya tujuan.
Definisi perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Perencanaan pada dasarnya berarti persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Di dalam dunia pendidikan berarti persiapan menyusun suatu keputusan tentang masalah atau pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sejumlah orang dalam rangka membantu orang lain (terutama anak didik) untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Adapun beberapa aspek dalam perencanaan, antara lain:
a.       Perumusan Tujuan
Tujuan sebagai proses pengendalian kegiatan atau kerja sama. Tujuan merupakan bagian dari perencanaan. Agar perumusan tujuan tepat, prosesnya harus merupakan hasil analisa data yang diproyeksikan ke masa depan dalam bentuk harapan-harapan yang diusahakan untuk dicapai dengan melakukan berbagai kegiatan. Oleh karena itu, tujuan harus bersifat realistis dalam arti mungkin untuk dicapai. Tujuan harus dirumuskan secara jelas, tegas, dan terbatas.
b.      Perumusan/Menetapkan Ruang Lingkup
Bidang-bidang yang akan dikaji harus memungkinkan diwujudkannya kegiatan-kegiatan yang terarah pada pencapaian tujuan. Di samping itu antara bidang yang satu dengan bidang yang lain harus saling menunjang, yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Pembidangan dalam perencanaan harus menggambarkan pula tentang sifat dan jenis kegiatan. Pembidangan kerja tersebut tidak dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan satu fungsi terpisah dari fungsi yang lain, akan tetapi merupakan pengelompokkan beban kerja sejenis untuk meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan. Bidang satu dengan yang lain harus saling isi mengisi dan saling melengkapi dalam mewujudkan tujuan secara sempurna.
c.       Menentapkan Jangka Waktu Pencapaian Tujuan
Sifat dan jenis tujuan serta sempit luasnya ruang lingkup bidang yang dijelajahi dalam suatu perencanaan, akan ikut menentukan dan memengaruhi jangka waktu yang diperlukan untuk mewujudkan rencana tersebut. Demikian pula sebaliknya, jangka waktu tersedia akan memengaruhi tingkat pencapaian tujuan. Tingkat pencapaian tujuan yang dipengaruhi oleh waktu yang tersedia menyangkut segi kualitas hasil yang diperoleh dari suatu perencanaan.
Oleh karena itu, agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai secara efektif, waktu untuk pencapaiannya harus diperhitungkan dengan luas sempitnya ruang lingkup kegiatan. Dan sebaliknya, jika waktu sudah ditentukan dan tidak dapat diubah lagi, maka tujuan dan ruang lingkup kegiatanlah yang harus disesuaikan.
d.      Menetapkan Metode atau Cara Mencapai Tujuan
Metode berarti cara melakukan pekerjaan sebagai rangkaian kegiatan pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cara bekerja itu harus yang paling baik, paling efektif, dan resikonya paling kecil. Pemilihan metode atau cara kerja yang efisien dipengaruhi oleh lima factor yang disebut lima sumber kerja, yaitu pikiran, tenaga jasmani, waktu, ruang, benda termasuk uang. Cara kerja yang efisien diukur dari perbandingan terbaik antara usaha dengan menggunakan kelima sumber kerja dan hasil yang dicapai. Kerja yang paling sedikit menggunakan kelima sumber kerja, akan tetapi mencapai hasil yang maksimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, pada dasarnya merupakan cara kerja yang paling tepat dan terbaik. Dengan kata lain, suatu cara kerja dikatakan efisien/efektif apabila mampu mencapai tujuan dengan mempergunakan kelima sumber kerja secara maksimal.
e.       Menetapkan alat
Dalam perencanaan selain harus menetapkan metode atau cara kerja yang akan dipergunakan, harus dipilih pula alat yang memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi pencapain tujuan. Alat yang dimaksud adalah benda atau tenaga yang tersedia atau yang dapat diadakan serasi dengan metode atau cara kerja yang telah ditetapkan. Penggunaan alat harus disesuaikan dengan kemampuan personal yang akan menggunakannyaatau sebaliknya, personal harus terdiri dari orang-orang yang mampu dalam mempergunakan alat secara efisien.
f.       Merumuskan Rencana Evaluasi
Dalam suatu perencanaan perlu ditetapkan cara dan alat pengukur yang dapat dipergunakan untuk mengetahui tahap pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Usaha mengukur tahap pencapaian tujuan itu disebut evaluasi. Evaluasi pada dasarnya berarti proses penentapan seberapa jauh tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai dengan mempergunakan cara bekerja, alat dan personal tertentu. Evaluasi bermaksud menilai keseluruhan proses kerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.





2.      Pengorganisasian (Organizing)
Kegiatan administratif manajemen tidak berakhir setelah perencanaan. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan perencanaan itu secara operasional. Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan suatu rencana adalah organisasi atau pengorganisasian.
Organisasi adalah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Suatu program kerja dikatakan efektif dan efisien apabila program kerja tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan melaui upaya yang sekecil-kecilnya dan sehemat-hematnya.
Langkah pertama dalam pengorganisasian diwujudkan melalui perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan oleh suatu kelompok kerja sama tertentu. Keseluruhan pembidangan tersebut merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan.  Dengan demikian, setiap pembidangan kerja dapat ditempatka sebagai sebuah sub sistem yang mengemban sejumlah tugas yang sejenis sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan yang diemban oleh kelompok kerja sama tersebut.
Pembagian atau pembidangan kerja itu harus disusun dalam suatu struktur yang kompak dengan hubungan kerja yang jelas agar yang satu akan melengkapi yang lain dalam rangka mencapai tujuan. Satuan kerja yang ditetapkan berdasarkan pembidangan kegiatan yang diemban suatu kelompk kerja sama, pada dasarnya merupakan pembagian tugas yang mengandung sejumlah pekerjaan sejenis.
Jika orang-orang yang berkumpul dalam suatu organisasi tidak dibagi tugas-tugasnya, mereka akan kacau balau dalam menagani pekerjaannya. Tugas-tugas itu harus digambarkan dengan tegas dan jelas agar tidak menimbulakn interpretasi. Adanya berbagai interpretasi ini dapat menyebabkan tugas-tugas menjadi tumpang tindih yang akhirnya dapat menimbulakn konflik anataranggota organisasi, sehingga hubungan kerja tidak akan berlangsung secara efektif.

3.      Penggerakan (Actuating)
A. Pengertian Penggerakan
Penggerakan dapat diartikan sebagai upaya pemimpin untuk menggerakan seseorang atau kelompok orang yan dipimpin dengan menumbuhkan dorongan dalam diri orang-orang yang dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Sejalan dengan Hules, Staton (1978) mengemukakan bahwa dorongan (motive) itu berada dalam diri seseorang. Motive adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan merupakan daya (inner power) penggerak dari dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu.

B.  Jenis, Fungsi, dan Tujuan Penggerakan
1.   Jenis motivasi (penggerakan) dapat dipandang dari segi dasar, pembentukan, sumber, dan sifatnya.
Dari segi dasar pembentukannya motivasi dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu pertama, motivasi bawaan yang dibawa sejak lahir seperti dorongan untuk makan dan minum ketika merasa lapar dan haus, dorongan untuk belajar, dan dorongan untuk istirahat. Kedua, adalah motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul setelah seseorang mempelajari keadaan diri sendiri atau keadaan lingkungan.
      Dari segi sumbernya, motivasi terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat, dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya rangsangan dari luar lingkungannya.
Dari segi sifatnya, motivasi mencakup motivasi yang memberi harapan, menyadarkan, dan upaya paksaan. Motivasi yang sifatnya memberi harapan  yaitu motivasi yang mendorong atau merangsang harapan, kebutuhan, dan keinginan seseorang atau suatu kelompok untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang bersifat menyadarkan yaitu penggerakan yang bersifat ajakan sehingga seseorang atau kelompok melakukan kegiatan yang harus dikerjakan. Sedangkan motivasi yang bersifat paksaan, yaitu upaya penggerakan yang sifatnya memberi sanksi administratif, fisik, sosial, dan psikologis.

2.   Fungsi motivasi adalah sebagai pendorong, penentu arah kegiatan, dan penyeleksi kegiatan atau perbuatan pihak yang dimotivasi.
 Sebagai pendorong seseorang atau kelompok yang dimotivasi mengandung arti bahwa untuk melakukan suatu tugas atau kegiatan, seseorang atau kelompok sering harus di motivasi
Sebagai penentu kegiatan, motivasi dilakukan untuk menjaga dan meluruskan kegiatan yang ditetapkan sehingga orang yang di motivasi tetap melaksanakan kegiatan tersebut sebagaimana seharusnya di lakukan.
Sebagai penyeleksi perbuatan, motivasi dilakukan karena terlalu banyak aktivitas yang terkadang menyebabkan seseorang sulit menentukan aktivitas mana yang harus diperioritaskan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3.   Tujuan motivasi mencakup tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum berkaitan dengan upaya untuk mendorong dan menggerakan pihak yang dimotivasi dalam organisasi sehingga ia atau mereka mau dan dapat melakukan tugas dan kegiatan yang diberikan kepadanya dalam upaya melaksanakan rencana yang telah ditetapkan. Adapun tujuan khusus motivasi adalah (1) tumbuhnya dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk melakukan tugas atau kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi, dan (2) bangkitnya kemauan, keinganan dan harapan pada diri pihak yang dimotivasi sehingga ia atau mereka dapat melakukan kegiatan sebagaimana dikehendaki oleh motivator.

C.  Aspek-aspek yang Digerakkan
Penggerakan ialah upaya untuk mendorong aspek-aspek rohaniyah yang ada dalam diri penyelenggara dan pelaksana  program pendidikan nonformal untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aspek-aspek tersebut adalah kebutuhan, keinginan, dorongan dan kata hati. Dengan perkataan lain yang dimotivasi itu adalah potensi diri pihak yang digerakkan  dan mencakup cita, rasa, dan karsanya.

D. Langkah-langkah Penggerakan
Sebagaimana dikemukakan oleh uraian terdahulu bahwa penggerakan dilakukan untuk mendorong seseorang atau kelompok sehigga mereka dapat melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dengan berdaya guna dan berhasil guna. Douglas Dunn menguraikan dalam karyanya “How to Motivate people in groups”, yang dimuat dalam Motivation Series. Menurut Dunn, motivasi orang-orang dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1.         Menjelaskan alasan memotivator.
Seseorang melakukan kegiatan didasarkan atas alasan-alasan tertentu. Demikian pula anggota kelompok, staf, atau pelaksana program melakukan kegiatan, pekerjaan, atau bekerja sama dengan orang lain dilandasi dengan alasan-alasan khusus. Alasan-alasan itu mungkin untuk memenuhi kebutuhan, menyalurkan minat, dan mencapai tujuan bersama.
2.         Memberikan pengakuan terhadap kegiatan pihak yang demokrasi.
Motivasi di lakukan dalam situasi yang memberi kesan bahwa kehadiran dan kegiatan seseorang merasa diakui, dihargai, dianggap penting, dan dibutuhkan oleh orang lain. Situasi tersebut merupakan hal mendasar bagi kehidupan manusia pada umumnya dan dalam interaksi antara motivator dan pihak yang dimotivasi pada khususnya.
3.         Mengkomunikasikan tujuan motivasi
Pihak yang memotivasi melakukan penggerak dengan menjual gagasan, proses, dan hasil kepada seseorang kelompok, bukan untuk mempromosikan keanggotaan. Oleh karena itu orang-orang yang dimotivasi harus mempunyai alsan tentang keterlibatan mereka dalam kegiatan organisasi maka tujuan kelompok itu perlu dirumuskan dengan jelas dan dikomunikasikan.
4.         Menyelenggarakan pertemuan untuk merangsang pihak yang dimotivasi.
Seorang penggerak atau pemimpin dapat mengumpulkan staf atau anggota kelompok sesuai dengan yang ia kehendaki, namun berkumpulnya orang-orang belum sendirinya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Undangan untuk berpartisipasi panggilan pertemuan, atau pembentukan satuan tugas tidak secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kelompok.
5.         Mendengarkan informasi diri yang dimotivasi
Secara alamiah, setiap orang menghendaki agar ucapan didengar oleh orang lain. Seseorang akan berhasi dimotivasi apabila ia merasa bahwa gagasan, pendapat dan sarannya didengar dan dihargai oleh pihak yang memotivasi. Apabila pendapatnya tidak didengar dan dihargai maka akan timbul sikap masa bodoh.
E.     Tahapan Penggerakan dalam Menyelenggarakan Program di Lapangan
1.      Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah tahap dimana penggerak (motivator) mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan motivasi. Dalam persiapan ini, yang perlu dilakukan motivator adalah sebagai berikut.
a)      Menentukan kelompok sasaran yang dimotivasi
b)      Mengidentifikasi kelompok sasaran
c)      Mempelajari data tentang kelompok sasaran
d)     Menentukan prioritas kebutuhan dan masalah
e)      Menetapan topik dan tujuan motivasi
f)       Menyusun materi motivasi
g)      Memilih dan menentukan metode dan teknik motivasi
h)      Menyampaikan daftar saran
i)        Menentukan waktu dan tempat
2.      Tahap pelaksanaan
Dalam tahap ini motivator sudah terlibat lansung dalam pelaksanaan motivasi. Pelaksanaan motivasi ini mungkin hanya memerlukan waktu beberapa jam saja atau mungkin memerlukan waktu beberapa bulan. Beberapa langkah yang perlu dilakukan motivator dalam tahap pelaksana motivasi dilapangan, dalam motivasi pelaksanaan program pendidikan nonformal dimasyarakat, adalah sebagai berikut.
a)      Melakukan konsultasi pada pemuka masyarakat
b)      Berkomunikasi dengan sasaran
c)      Menjelaskan manfaat pesan motivasi bagi sasaran
d)     Mencatat sasaran dan peristiwa motivasi


3.      Tahap penilaian
Penilaian dilakukan dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data atau informasi tentang meotivasi untuk digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan mengenai motivasi tersebut. Untuk menilai motivasi perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Menetapkan tujuan penelitian
b)      Menyusun intersum penelitian
c)      Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data/informasi
d)     Pengumpulan hasil data

4.      Pengawasan (Controlling)
A.    Definisi Pengawasan
Pengawasan dalam konteks pendidikan itu merupakan proses memonitor kegiatan-kegiatan untuk mengetahui program-program lembaga pendidikan yang telah diselesaikan dan tujuan-tujuan yang telah dicapai.
Pengertian diatas mengisyaratkan, bahawa sebelum dilakukan pengawasan pada sebuah lembaga tertentu, perlu terlebih dahulu ditetapkan dengan tujuan-tujuan lembaga yang ingin dicapai dan program-program lembaga yang akan dilakukan.

B.     Prespektif tentang Pengawasan
Sementara itu ada perspektif teoritik mengenai pegawasan sebagai upaya pemodifikasian performa seseorang (Wern dan Voich, 1984), tetapi dari tori-teori tersebut banyak pengawasan di antaranya:
1)      Pertama adalah perspektif teori X. Menurut teori X, kebnyakan manusia ini kurang memeliki motivasi dan pasif. Mereka kurang memiliki tanggung jawab. Tanpa intervensi dari pemimpin, mereka akan pasif, sehingga mereka harus dipimpin, diarahkan, dan diawasi.
2)      Kedua adalah perspektif teori Y. Menurut teori Y , pada umumnya manusia itu memiliki motivasi dan tidak pasif. Mereka menyukai tanggung jawab, produktif, dan kurang suka diawasi.

C.     Pentingnya Pengawasan
Paling tidak ada tiga faktor yang menyebabkan pengawasan dalam sebuah lembaga itu penting karena merupakan fungsi esensial dalam pengelolaan pada lembaga yang bersangkutan.
1)      Terletak pada accontability. Agar semua tenaga atau karyawan pada sebuah lembaga mampu mengemban tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, mereka perlu mengetahui secara pasti apa tugas dan tanggung jawabnya, bagaimana performa mereka akan diukur, dan standar keberhasilan performa yang digunakan sebagai kriteria di dalam pengukurannya.
2)      Terletak pada rapidity of change. Setiap lembaga merupakan institusi sosial yang tidak bisa terlepas dari lingkungannya. Seringkali lingkungan tersebut mengalami perubahan-perubahan dengan cepat sekali.
3)      Terletak pada complexity today’s organization.  Setiap lembaga yang besar dan maju mempunyai program-program yang bermacam-macam  untuk mempunyai tujuan yang juga besar dan kompleks.

D.    Prinsip-Prinsip Pengawasan
Pengawasan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga pengawasan yang pada dasarnya dilakukan untuk memantau, mengarahkan, dan membina kinerja, tidak dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan. Karena itu, ada prinsip-prinsip yang sebaiknya dipegang teguh, yaitu sebagai berikut.
1)   Prinsip manajerial
2)   Prinsip organisasional
3)   Prinsip objektif dan keterbukaan
4)   Prinsip pencegahan dan perbaikan
5)   Prinsip efisiensi dan fleksibiitas

E.     Proses Pengawasan
                      Ada empat langkah didalam melakukan pengawasan, yaitu
1.      Menetapkan standar performa,
2.      Mengukur performa aktual,
3.      Membandingkan performa aktual dengan standar performa yang telah ditetapkan,    dan
4.      Melakukan perbaikan performa apabila ternyata performa aktual tidak sesuai standar.












SUMBER DAYA MANAJEMEN PENDIDIKAN
Sumber daya pendidikan adalah semua faktor yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dalam manajemen pendidikan terdapat beberapa komponen atau sumber daya.Yang termasuk kedalam komponen pendidikan antara lain:
1. Manajemen Kesiswaan
Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan.
    Manajemen Kesiswaan meliputi antara lain:
a. Penerimaan Siswa Baru;
b. Program Bimbingan dan Penyuluhan;
c. Pengelompokan Belajar Siswa;
d. Kehadiran Siswa;
e. Mutasi Siswa;
f. Papan Statistik Siswa;
g. Buku Induk Siswa.

2. Manajemen Kurikulum
Kurikulum mencakup kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Sedangkan kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan atau Kabupaten/Kota.
Kurikulum yang digunakan di kelas dapat disesuaikan (dimodifikasi) sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Modifikasi alokasi waktu,
b. Modifikasi isi/materi,
c. Modifikasi proses belajar-mengajar,
d. Modifikasi sarana-prasarana,
e. Modifikasi lingkungan belajar, dan
f. Modifikasi pengelolaan kelas.

Manajemen Kurikulum (program pengajaran) Sekolah antara lain meliputi:
a. Modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa;
b.  Menjabarkan kalender pendidikan;
c.  Menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar;
d. Mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan pelajaran;
e.  Mengatur pelaksanaan penyusunan program kurikuler dan ekstrakurikuler;
f.  Mengatur pelaksanaan penilaian;
g.  Mengatur pelaksanaan kenaikan kelas;
h.  Membuat laporan kemajuan belajar siswa;
i.  Mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran.

3. Manajemen Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Tenaga kependidikan di sekolah meliputi Tenaga Pendidik (Guru), Pengelola Satuan Pendidikan, Pustakawan, Laboran, dan Teknisi sumber belajar.
Manajemen tenaga kependidikan antara lain meliputi:
a. Inventarisasi pegawai;
b. Pengusulan formasi pegawai;
c. Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala, dan mutasi;
d. Mengatur usaha kesejahteraan;
e. Mengatur pembagian tugas.

4. Manajemen Sarana-Prasarana
Manajemen sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar-mengajar.

5. Manajemen Keuangan/Dana
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya.
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan, perlu dialokasikan dana khusus, yang antara lain untuk keperluan:
a. Kegiatan identifikasi input siswa,
b. Modifikasi kurikulum,
c. Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat,
d. Pengadaan sarana-prasarana,
e. Pemberdayaan peranserta masyarakat, dan
f. Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.


Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas antara fungsi :
a. Otorisator;
Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
b. Ordonator;
Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
c. Bendaharawan.
Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi fungsi Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

6. Manajemen Lingkungan (Hubungan Sekolah dengan Masyarakat)
Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun sangat bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula sumber daya manusia pada daerah tersebut.
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya ditumbuhkan “rasa ikut memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di lingkungannya juga merupakan tanggungjawab bersama masyarakat setempat. Sehingga bukan hanya Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang memikirkan maju mundurnya sekolah, tetapi masyarakat setempat terlibat pula memikirkannya.
Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi memajukan sekolah, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan cara memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

7. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus ini mencakup manajemen kesiswaan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pendanaan, dan lingkungan.
Pada sekolah khusus, misalnya Sekolah Luar Biasa (SLB). Diperlukan adanya layanan khusus, misalnya kepala sekolah mendatangkan ahli ke-PLB-an untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar.
Pada sekolah umum, tidak menutup kemungkinan juga untuk diadakan layanan semacam ini untuk melayani siswanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar