KONSEP MANAJEMEN
A.
APA YANG
DIMAKSUD ADMINISTRASI?
Sebelum diterangkan tentang apa itu
manajemen, terlebih dahulu dikemukakan apa itu administrasi, sebab konsep
manajemen sangat terkait dengan konsep administrasi.
Secara etimologis, administrasi
berasal dari Bahasa Latin, yaitu administrare yang berarti melayani atau
membantu.
Administrasi dapat diartikan secara
sempit dan luas. Dalam arti sempit, administrasi sebagai keseluruhan pencatatan
secara tertulis dan penyusunan secara sistematis keterangan-keterangan dengan
tujaun agar mudah memperoleh ikhtisar-ikhtisarnya secara menyeluruh.
Dalam arti luas, administrasi
merupakan kesuluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dimana ada dua orang
atau lebih melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan, di situlah sedang
terjadi administrasi.
B.
APA YANG
DIMAKSUD MANAJEMEN?
Di atas telah disebutkan bahwa
administrasi merupakan proses kerja sama. Dalam proses kerja sama tentunya
menyertakan banyak orang dan menggunakan berbagai fasilitas, tidak saja sarana
dan prasarana melainkan juga dana. Semakin luas kerja samanya, semakin banyak
pula orang yang dilibatkan dan atau fasilitas yang digunakan. Agar dapat
mencapai tujuan secara efektif dan efisien, tentunya semua orang yang
dilibatkan dan fasilitas yang digunkan perlu didayagunakan sedemikian rupa.
Proses pendayagunaan itulah yang disebut dengan manajemen. Jadi,
manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi, terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam upaya
mencapai tujuan kerja sama (administrasi) secara efisien.
FUNGSI MANAJEMEN
Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses
atau disebut juga sebagai fungsi manajemen adalah:
1.
Perencanaan
(Planning)
Salah satu fungsi manajemen adalah
perencanaan. Program kegiatan apa pun perlu direncanakan dengan baik, sehingga
semua kegiatan terarah bagi tercapainya tujuan.
Definisi perencanaan adalah
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan
pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Perencanaan pada
dasarnya berarti persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian
suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu. Di dalam dunia pendidikan berarti persiapan menyusun suatu
keputusan tentang masalah atau pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sejumlah
orang dalam rangka membantu orang lain (terutama anak didik) untuk mencapai
tujuan pendidikannya.
Adapun beberapa aspek dalam
perencanaan, antara lain:
a.
Perumusan
Tujuan
Tujuan sebagai proses pengendalian kegiatan atau kerja sama. Tujuan
merupakan bagian dari perencanaan. Agar perumusan tujuan tepat, prosesnya harus
merupakan hasil analisa data yang diproyeksikan ke masa depan dalam bentuk
harapan-harapan yang diusahakan untuk dicapai dengan melakukan berbagai
kegiatan. Oleh karena itu, tujuan harus bersifat realistis dalam arti mungkin
untuk dicapai. Tujuan harus dirumuskan secara jelas, tegas, dan terbatas.
b.
Perumusan/Menetapkan
Ruang Lingkup
Bidang-bidang yang akan dikaji harus memungkinkan diwujudkannya
kegiatan-kegiatan yang terarah pada pencapaian tujuan. Di samping itu antara
bidang yang satu dengan bidang yang lain harus saling menunjang, yang secara
keseluruhan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Pembidangan dalam perencanaan harus menggambarkan pula tentang
sifat dan jenis kegiatan. Pembidangan kerja tersebut tidak dimaksudkan untuk
mengkotak-kotakkan satu fungsi terpisah dari fungsi yang lain, akan tetapi
merupakan pengelompokkan beban kerja sejenis untuk meningkatkan efisiensi
pencapaian tujuan. Bidang satu dengan yang lain harus saling isi mengisi dan saling
melengkapi dalam mewujudkan tujuan secara sempurna.
c.
Menentapkan
Jangka Waktu Pencapaian Tujuan
Sifat dan jenis tujuan serta sempit luasnya ruang lingkup bidang
yang dijelajahi dalam suatu perencanaan, akan ikut menentukan dan memengaruhi
jangka waktu yang diperlukan untuk mewujudkan rencana tersebut. Demikian pula
sebaliknya, jangka waktu tersedia akan memengaruhi tingkat pencapaian tujuan.
Tingkat pencapaian tujuan yang dipengaruhi oleh waktu yang tersedia menyangkut
segi kualitas hasil yang diperoleh dari suatu perencanaan.
Oleh
karena itu, agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai secara efektif,
waktu untuk pencapaiannya harus diperhitungkan dengan luas sempitnya ruang
lingkup kegiatan. Dan sebaliknya, jika waktu sudah ditentukan dan tidak dapat
diubah lagi, maka tujuan dan ruang lingkup kegiatanlah yang harus disesuaikan.
d.
Menetapkan
Metode atau Cara Mencapai Tujuan
Metode berarti cara melakukan pekerjaan sebagai rangkaian kegiatan
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cara bekerja itu harus yang paling
baik, paling efektif, dan resikonya paling kecil. Pemilihan metode atau cara
kerja yang efisien dipengaruhi oleh lima factor yang disebut lima sumber kerja,
yaitu pikiran, tenaga jasmani, waktu, ruang, benda termasuk uang. Cara kerja
yang efisien diukur dari perbandingan terbaik antara usaha dengan menggunakan
kelima sumber kerja dan hasil yang dicapai. Kerja yang paling sedikit
menggunakan kelima sumber kerja, akan tetapi mencapai hasil yang maksimal, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya, pada dasarnya merupakan cara kerja yang
paling tepat dan terbaik. Dengan kata lain, suatu cara kerja dikatakan
efisien/efektif apabila mampu mencapai tujuan dengan mempergunakan kelima
sumber kerja secara maksimal.
e.
Menetapkan alat
Dalam perencanaan selain harus menetapkan metode atau cara kerja
yang akan dipergunakan, harus dipilih pula alat yang memungkinkan untuk
meningkatkan efisiensi pencapain tujuan. Alat yang dimaksud adalah benda atau
tenaga yang tersedia atau yang dapat diadakan serasi dengan metode atau cara
kerja yang telah ditetapkan. Penggunaan alat harus disesuaikan dengan kemampuan
personal yang akan menggunakannyaatau sebaliknya, personal harus terdiri dari
orang-orang yang mampu dalam mempergunakan alat secara efisien.
f.
Merumuskan
Rencana Evaluasi
Dalam suatu perencanaan perlu ditetapkan cara dan alat pengukur
yang dapat dipergunakan untuk mengetahui tahap pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan. Usaha mengukur tahap pencapaian tujuan itu disebut evaluasi.
Evaluasi pada dasarnya berarti proses penentapan seberapa jauh tujuan yang
telah dirumuskan dapat dicapai dengan mempergunakan cara bekerja, alat dan
personal tertentu. Evaluasi bermaksud menilai keseluruhan proses kerja dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Pengorganisasian
(Organizing)
Kegiatan administratif manajemen
tidak berakhir setelah perencanaan. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan
perencanaan itu secara operasional. Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan suatu
rencana adalah organisasi atau pengorganisasian.
Organisasi adalah proses kerja sama
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Suatu program kerja dikatakan efektif dan efisien apabila program
kerja tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
melaui upaya yang sekecil-kecilnya dan sehemat-hematnya.
Langkah pertama dalam
pengorganisasian diwujudkan melalui perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang
atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan
oleh suatu kelompok kerja sama tertentu. Keseluruhan pembidangan tersebut
merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan. Dengan demikian, setiap pembidangan kerja
dapat ditempatka sebagai sebuah sub sistem yang mengemban sejumlah tugas yang
sejenis sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan yang diemban oleh kelompok
kerja sama tersebut.
Pembagian atau pembidangan kerja itu
harus disusun dalam suatu struktur yang kompak dengan hubungan kerja yang jelas
agar yang satu akan melengkapi yang lain dalam rangka mencapai tujuan. Satuan
kerja yang ditetapkan berdasarkan pembidangan kegiatan yang diemban suatu
kelompk kerja sama, pada dasarnya merupakan pembagian tugas yang mengandung
sejumlah pekerjaan sejenis.
Jika orang-orang yang berkumpul
dalam suatu organisasi tidak dibagi tugas-tugasnya, mereka akan kacau balau
dalam menagani pekerjaannya. Tugas-tugas itu harus digambarkan dengan tegas dan
jelas agar tidak menimbulakn interpretasi. Adanya berbagai interpretasi ini
dapat menyebabkan tugas-tugas menjadi tumpang tindih yang akhirnya dapat
menimbulakn konflik anataranggota organisasi, sehingga hubungan kerja tidak
akan berlangsung secara efektif.
3.
Penggerakan
(Actuating)
A.
Pengertian Penggerakan
Penggerakan dapat diartikan sebagai upaya pemimpin untuk
menggerakan seseorang atau kelompok orang yan dipimpin dengan menumbuhkan
dorongan dalam diri orang-orang yang dipimpin untuk melakukan tugas atau
kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Sejalan dengan Hules, Staton (1978) mengemukakan bahwa
dorongan (motive) itu berada dalam diri seseorang. Motive adalah
sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan merupakan daya (inner
power) penggerak dari dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu.
B.
Jenis, Fungsi, dan
Tujuan Penggerakan
1.
Jenis motivasi
(penggerakan) dapat dipandang dari segi dasar, pembentukan, sumber, dan
sifatnya.
Dari segi dasar pembentukannya motivasi dapat dibagi kedalam dua
jenis yaitu pertama, motivasi bawaan yang dibawa sejak lahir seperti dorongan
untuk makan dan minum ketika merasa lapar dan haus, dorongan untuk belajar, dan
dorongan untuk istirahat. Kedua, adalah motivasi yang dipelajari yaitu motivasi
yang timbul setelah seseorang mempelajari keadaan diri sendiri atau keadaan
lingkungan.
Dari segi sumbernya,
motivasi terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul
dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat, dan harapan yang
terdapat pada diri seseorang. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang
dari luar diri seseorang, timbul karena adanya rangsangan dari luar
lingkungannya.
Dari segi sifatnya, motivasi mencakup motivasi yang memberi
harapan, menyadarkan, dan upaya paksaan. Motivasi yang sifatnya memberi
harapan yaitu motivasi yang mendorong
atau merangsang harapan, kebutuhan, dan keinginan seseorang atau suatu kelompok
untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang bersifat menyadarkan yaitu penggerakan
yang bersifat ajakan sehingga seseorang atau kelompok melakukan kegiatan yang
harus dikerjakan. Sedangkan motivasi yang bersifat paksaan, yaitu upaya
penggerakan yang sifatnya memberi sanksi administratif, fisik, sosial, dan
psikologis.
2.
Fungsi motivasi
adalah sebagai pendorong, penentu arah kegiatan, dan penyeleksi kegiatan atau
perbuatan pihak yang dimotivasi.
Sebagai pendorong seseorang
atau kelompok yang dimotivasi mengandung arti bahwa untuk melakukan suatu tugas
atau kegiatan, seseorang atau kelompok sering harus di motivasi
Sebagai penentu kegiatan, motivasi dilakukan untuk menjaga dan
meluruskan kegiatan yang ditetapkan sehingga orang yang di motivasi tetap
melaksanakan kegiatan tersebut sebagaimana seharusnya di lakukan.
Sebagai penyeleksi perbuatan, motivasi dilakukan karena terlalu
banyak aktivitas yang terkadang menyebabkan seseorang sulit menentukan
aktivitas mana yang harus diperioritaskan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
3.
Tujuan motivasi
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan
umum berkaitan dengan upaya untuk mendorong dan menggerakan pihak yang
dimotivasi dalam organisasi sehingga ia atau mereka mau dan dapat melakukan
tugas dan kegiatan yang diberikan kepadanya dalam upaya melaksanakan rencana
yang telah ditetapkan. Adapun tujuan khusus motivasi adalah (1) tumbuhnya
dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk melakukan tugas atau kegiatan
dalam mencapai tujuan organisasi, dan (2) bangkitnya kemauan, keinganan dan
harapan pada diri pihak yang dimotivasi sehingga ia atau mereka dapat melakukan
kegiatan sebagaimana dikehendaki oleh motivator.
C.
Aspek-aspek
yang Digerakkan
Penggerakan ialah upaya untuk mendorong aspek-aspek rohaniyah yang
ada dalam diri penyelenggara dan pelaksana
program pendidikan nonformal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aspek-aspek tersebut
adalah kebutuhan, keinginan, dorongan dan kata hati. Dengan perkataan lain yang
dimotivasi itu adalah potensi diri pihak yang digerakkan dan mencakup cita, rasa, dan karsanya.
D.
Langkah-langkah
Penggerakan
Sebagaimana dikemukakan oleh uraian terdahulu bahwa penggerakan
dilakukan untuk mendorong seseorang atau kelompok sehigga mereka dapat
melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dengan berdaya guna dan berhasil guna. Douglas
Dunn menguraikan dalam karyanya “How to Motivate people in groups”, yang
dimuat dalam Motivation Series. Menurut Dunn, motivasi orang-orang dapat
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1.
Menjelaskan
alasan memotivator.
Seseorang melakukan kegiatan didasarkan atas alasan-alasan
tertentu. Demikian pula anggota kelompok, staf, atau pelaksana program
melakukan kegiatan, pekerjaan, atau bekerja sama dengan orang lain dilandasi
dengan alasan-alasan khusus. Alasan-alasan itu mungkin untuk memenuhi
kebutuhan, menyalurkan minat, dan mencapai tujuan bersama.
2.
Memberikan
pengakuan terhadap kegiatan pihak yang demokrasi.
Motivasi di lakukan dalam situasi yang memberi kesan bahwa
kehadiran dan kegiatan seseorang merasa diakui, dihargai, dianggap penting, dan
dibutuhkan oleh orang lain. Situasi tersebut merupakan hal mendasar bagi
kehidupan manusia pada umumnya dan dalam interaksi antara motivator dan pihak
yang dimotivasi pada khususnya.
3.
Mengkomunikasikan
tujuan motivasi
Pihak yang memotivasi melakukan penggerak dengan menjual gagasan,
proses, dan hasil kepada seseorang kelompok, bukan untuk mempromosikan
keanggotaan. Oleh karena itu orang-orang yang dimotivasi harus mempunyai alsan
tentang keterlibatan mereka dalam kegiatan organisasi maka tujuan kelompok itu
perlu dirumuskan dengan jelas dan dikomunikasikan.
4.
Menyelenggarakan
pertemuan untuk merangsang pihak yang dimotivasi.
Seorang penggerak atau pemimpin dapat mengumpulkan staf atau
anggota kelompok sesuai dengan yang ia kehendaki, namun berkumpulnya
orang-orang belum sendirinya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Undangan
untuk berpartisipasi panggilan pertemuan, atau pembentukan satuan tugas tidak
secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kelompok.
5.
Mendengarkan
informasi diri yang dimotivasi
Secara alamiah, setiap orang menghendaki agar ucapan didengar oleh
orang lain. Seseorang akan berhasi dimotivasi apabila ia merasa bahwa gagasan,
pendapat dan sarannya didengar dan dihargai oleh pihak yang memotivasi. Apabila
pendapatnya tidak didengar dan dihargai maka akan timbul sikap masa bodoh.
E.
Tahapan
Penggerakan dalam Menyelenggarakan Program di Lapangan
1.
Tahap persiapan
Tahap
persiapan adalah tahap dimana penggerak (motivator) mempersiapkan segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan motivasi. Dalam persiapan ini, yang perlu
dilakukan motivator adalah sebagai berikut.
a)
Menentukan
kelompok sasaran yang dimotivasi
b)
Mengidentifikasi
kelompok sasaran
c)
Mempelajari
data tentang kelompok sasaran
d)
Menentukan
prioritas kebutuhan dan masalah
e)
Menetapan topik
dan tujuan motivasi
f)
Menyusun materi
motivasi
g)
Memilih dan
menentukan metode dan teknik motivasi
h)
Menyampaikan
daftar saran
i)
Menentukan
waktu dan tempat
2.
Tahap
pelaksanaan
Dalam
tahap ini motivator sudah terlibat lansung dalam pelaksanaan motivasi. Pelaksanaan
motivasi ini mungkin hanya memerlukan waktu beberapa jam saja atau mungkin
memerlukan waktu beberapa bulan. Beberapa langkah yang perlu dilakukan
motivator dalam tahap pelaksana motivasi dilapangan, dalam motivasi pelaksanaan
program pendidikan nonformal dimasyarakat, adalah sebagai berikut.
a)
Melakukan
konsultasi pada pemuka masyarakat
b)
Berkomunikasi
dengan sasaran
c)
Menjelaskan
manfaat pesan motivasi bagi sasaran
d)
Mencatat
sasaran dan peristiwa motivasi
3.
Tahap penilaian
Penilaian
dilakukan dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data atau
informasi tentang meotivasi untuk digunakan sebagai masukan dalam pengambilan
keputusan mengenai motivasi tersebut. Untuk menilai motivasi perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menetapkan tujuan
penelitian
b)
Menyusun
intersum penelitian
c)
Mengumpulkan,
mengolah dan menyajikan data/informasi
d)
Pengumpulan
hasil data
4.
Pengawasan
(Controlling)
A.
Definisi
Pengawasan
Pengawasan dalam konteks pendidikan itu merupakan proses memonitor
kegiatan-kegiatan untuk mengetahui program-program lembaga pendidikan yang
telah diselesaikan dan tujuan-tujuan yang telah dicapai.
Pengertian diatas mengisyaratkan, bahawa sebelum dilakukan
pengawasan pada sebuah lembaga tertentu, perlu terlebih dahulu ditetapkan
dengan tujuan-tujuan lembaga yang ingin dicapai dan program-program lembaga
yang akan dilakukan.
B.
Prespektif tentang
Pengawasan
Sementara itu ada perspektif teoritik mengenai pegawasan sebagai
upaya pemodifikasian performa seseorang (Wern dan Voich, 1984), tetapi dari
tori-teori tersebut banyak pengawasan di antaranya:
1) Pertama adalah perspektif teori X. Menurut teori X, kebnyakan
manusia ini kurang memeliki motivasi dan pasif. Mereka kurang memiliki tanggung
jawab. Tanpa intervensi dari pemimpin, mereka akan pasif, sehingga mereka harus
dipimpin, diarahkan, dan diawasi.
2) Kedua adalah perspektif teori Y. Menurut teori Y , pada umumnya
manusia itu memiliki motivasi dan tidak pasif. Mereka menyukai tanggung jawab,
produktif, dan kurang suka diawasi.
C.
Pentingnya Pengawasan
Paling tidak ada tiga faktor yang menyebabkan pengawasan dalam
sebuah lembaga itu penting karena merupakan fungsi esensial dalam pengelolaan
pada lembaga yang bersangkutan.
1)
Terletak pada accontability.
Agar semua tenaga atau karyawan pada sebuah lembaga mampu mengemban tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing, mereka perlu mengetahui secara pasti apa tugas
dan tanggung jawabnya, bagaimana performa mereka akan diukur, dan standar
keberhasilan performa yang digunakan sebagai kriteria di dalam pengukurannya.
2)
Terletak pada
rapidity of change. Setiap lembaga merupakan institusi sosial yang tidak
bisa terlepas dari lingkungannya. Seringkali lingkungan tersebut mengalami
perubahan-perubahan dengan cepat sekali.
3)
Terletak pada complexity
today’s organization. Setiap lembaga
yang besar dan maju mempunyai program-program yang bermacam-macam untuk mempunyai tujuan yang juga besar dan
kompleks.
D.
Prinsip-Prinsip
Pengawasan
Pengawasan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga
pengawasan yang pada dasarnya dilakukan untuk memantau, mengarahkan, dan
membina kinerja, tidak dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan. Karena itu,
ada prinsip-prinsip yang sebaiknya dipegang teguh, yaitu sebagai berikut.
1)
Prinsip
manajerial
2)
Prinsip
organisasional
3)
Prinsip
objektif dan keterbukaan
4)
Prinsip
pencegahan dan perbaikan
5)
Prinsip
efisiensi dan fleksibiitas
E.
Proses Pengawasan
Ada empat langkah didalam melakukan
pengawasan, yaitu
1. Menetapkan standar performa,
2. Mengukur performa aktual,
3. Membandingkan performa aktual dengan standar performa yang telah
ditetapkan, dan
SUMBER DAYA MANAJEMEN PENDIDIKAN
Sumber daya pendidikan adalah semua
faktor yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola pendidikan untuk melaksanakan
proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif
dan efisien.
Dalam manajemen pendidikan terdapat beberapa komponen atau sumber daya.Yang
termasuk kedalam komponen pendidikan antara lain:
1. Manajemen
Kesiswaan
Manajemen Kesiswaan
bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan
belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen
Kesiswaan meliputi antara lain:
a. Penerimaan Siswa Baru;
b. Program Bimbingan dan Penyuluhan;
c. Pengelompokan Belajar Siswa;
d. Kehadiran Siswa;
e. Mutasi Siswa;
f. Papan Statistik Siswa;
g. Buku Induk Siswa.
2. Manajemen Kurikulum
Kurikulum mencakup
kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional merupakan
standar nasional yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas). Sedangkan kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas
Pendidikan Propinsi dan atau Kabupaten/Kota.
Kurikulum yang
digunakan di kelas dapat disesuaikan (dimodifikasi) sesuai dengan kemampuan
awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Modifikasi alokasi waktu,
b. Modifikasi isi/materi,
c. Modifikasi proses belajar-mengajar,
d. Modifikasi sarana-prasarana,
e. Modifikasi lingkungan belajar, dan
f. Modifikasi pengelolaan kelas.
Manajemen Kurikulum (program pengajaran) Sekolah antara lain meliputi:
a. Modifikasi kurikulum
nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa;
b. Menjabarkan kalender pendidikan;
c. Menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas
mengajar;
d. Mengatur pelaksanaan
penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan pelajaran;
e. Mengatur pelaksanaan penyusunan program
kurikuler dan ekstrakurikuler;
f. Mengatur
pelaksanaan penilaian;
g. Mengatur
pelaksanaan kenaikan kelas;
h. Membuat laporan kemajuan belajar siswa;
i. Mengatur usaha perbaikan dan pengayaan
pengajaran.
3. Manajemen
Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan
bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Tenaga kependidikan di
sekolah meliputi Tenaga Pendidik (Guru), Pengelola Satuan Pendidikan,
Pustakawan, Laboran, dan Teknisi sumber belajar.
Manajemen tenaga kependidikan antara lain meliputi:
a. Inventarisasi pegawai;
b. Pengusulan formasi pegawai;
c. Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala, dan
mutasi;
d. Mengatur usaha kesejahteraan;
e. Mengatur pembagian tugas.
4. Manajemen
Sarana-Prasarana
Manajemen
sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan
sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan
belajar-mengajar.
5. Manajemen
Keuangan/Dana
Komponen keuangan
sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan
belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap
kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya.
Dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan, perlu dialokasikan dana khusus, yang antara lain
untuk keperluan:
a. Kegiatan
identifikasi input siswa,
b. Modifikasi
kurikulum,
c. Insentif bagi
tenaga kependidikan yang terlibat,
d. Pengadaan
sarana-prasarana,
e. Pemberdayaan
peranserta masyarakat, dan
f. Pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar.
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas
antara fungsi :
a. Otorisator;
Otorisator adalah
pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan
penerimaan dan pengeluaran anggaran.
b. Ordonator;
Ordonator adalah
pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas
segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
c. Bendaharawan.
Bendaharawan adalah
pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang
serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah, sebagai
manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi fungsi Ordonator untuk
memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi
Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan
Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi
fungsi Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.
6. Manajemen Lingkungan (Hubungan Sekolah dengan Masyarakat)
Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem
sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya sumber daya manusia
(SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan
sekolah, namun sangat bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan
di suatu daerah, akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah
tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula sumber daya manusia pada
daerah tersebut.
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam pembangunan
pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya ditumbuhkan “rasa ikut memiliki”
sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di lingkungannya juga
merupakan tanggungjawab bersama masyarakat setempat. Sehingga bukan hanya
Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang memikirkan maju mundurnya sekolah, tetapi
masyarakat setempat terlibat pula memikirkannya.
Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi
memajukan sekolah, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan cara
memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang
telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan
sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan.
7. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus ini mencakup manajemen
kesiswaan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pendanaan, dan
lingkungan.
Pada sekolah khusus, misalnya Sekolah Luar Biasa (SLB). Diperlukan adanya
layanan khusus, misalnya kepala sekolah mendatangkan ahli ke-PLB-an untuk ikut
serta dalam proses belajar mengajar.
Pada sekolah umum, tidak menutup kemungkinan juga untuk diadakan layanan
semacam ini untuk melayani siswanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar